KARYA PUISI 2011 DAN 2012 OLEH HASAN SAS
Kota Kelahiran Situbondo , Jawa Timur
Desa Tanjung Sari Timur Kecamatan Mangaran
KUATKANLAH
Aku sendiri di sini
Lewati hari tanpa hadirmu
Kuatkanlah diriku oleh cintamu
Redamkan diriku dengan kerinduanmu
Bila malam datang hantui aku lewat mimpimu
Jika mentari datang berikan aku senyummu
Walau hanya dalam bayangan semu
Kuatkanlah diriku dengan kesetiaanmu
Aku akan menunggu di setiap hidupku
Menanti kehadiranmu kembali
Jangan kau hianati cintaku
Yang akan aku beri hanya untukmu
Walau kita jauh di sana
Tapi namamu selalu bersinar di lubuk hatiku
Akankah kau sama sepertiku
Rindu di setiap ruang hidupku
TAK BERDAYA
Aku lewati hari antara rembulan dan matahari
Bernafas di antara udara dan api
Bercermin di antara awan dan tanah
Terdampar dosa dan pahala di setiap waktu
Tak berdaya ilustrasikan hidup
Ada ruang dalam dunia binatang
Yang mampu merasuk dalam raga manusia
Malam bagaikan kamboja
Pagi bagaikan karang
Daun kehidupan mulai membusuk
Darah – darah mulai berkeliaran
Hati mulai termakan singa
Jujur berpadu dengan dusta
Kebencian mulai bangkit dari kuburannya
Arwah – arwah anarkis sudah bergentayangan
Tak ada lagi empati dalam singgasana
Sampai kapan embun bisa bercinta pada matahari
Bintang bisa memeluk rembulan
Semua sirna akan keangkuhan
Tak mau menghargai sesuatu adaptasi
Maunya tidur bersama uang kehidupan
Tak peduli jantung berhenti di sambar petir
Buaya sudah banyak memakan korban
Ayam desa sudah tak berdaya
Bencana sudah jadi makanan
Dari gempa , tsunami , longsor dan gunung berapi
Tapi masih ada tawa di muka koruptor
Dari bencana uang akan datang
Tak ada lagi pedoman dalam beragama
Hanya surga dan neraka
Jasmani dan rohani saksi dalam tinta pengembara
Tak berdaya ilustrasikan hidup
Biarlah rumput yang menjadi belaian
Biarlah garam yang menjadi penyejuk hati
Biarlah duri yang menjadi penghibur
Biarlah semua mengalir dalam komitmen masing – masing seseorang
AKHIR PENANTIAN
Maaf bila akhirnya darahku berhenti disini
Hatiku tak sanggup lagi jalani hubungan tanpa status
Kau yang selalu aku puja tapi sikapmu hancurkan batinku
Salahkah bila aku mencari utuhnya hatimu
Salahkah bila aku hawatir akan dirimu
Aku akan pergi dengan seribu kenangan bersamamu
Membawa senyummu dalam kepergianku
Cukup sudah aku tangisi dirimu
Cukup sudah aku menanti jawabanmu
Sudah terpancar jawaban lewat sikapmu
Harus bagaimana lagi aku yakinkan cintaku padamu
Selalu kau hancurkan aku lewat egomu
Aku hanya butuh kasih sayangmu dan utuhnya hatimu
Haruskah aku pergi darimu biar kau tau luka yang aku rasa
Tak sanggup lagi saat wajahmu menyapa hariku
Selalu ada tanya dalam sanubariku
Inikah yang namanya cinta perlahan mematikan jantungku
Percuma diriku pertahankan perasaanku
Bila kau terdiam membisu
Aku tolak bunga cinta hanya demi hatiku padamu
Masih pantaskah aku mencintaimu
Sementara aku hanya bisa buat dirimu terluka
Terluka saat aku tanya arti hadirku
Separah itukah aku .....?
Maaf bila aku terlalu egois selama ini
Aku sudah turuti apa yang kau mau
Aku sealalu ada untukmu
Sikapku berubah karenamu
Haruskah aku jadi bintang yang dulu tanpa sinarmu
Jujur saja saat pertama aku lihat dirimu
Aku langsung jatuh hati pada pesonamu
Aku pikir waktu itu apa aku bisa bersanding dengan puteri sepertimu
Akhirnya waktu mempertemukanku padamu
Aku sapa dengan belaian cinta abadiku
Aku telusuri apa yang ada di hatimu
Mencoba menjadi cermin dalam harimu
Sampai saatnya aku ucap kata cinta padamu
Biarlah aku pergi dengan kehancuran ragaku
Biarlah aku simpan cinta hanya untukmu
Semoga kau tau isi perasaanku
Kau penghias lubuk hatiku
Kau penghibur dalam kesedihanku
Kau segalanya untukku
Biarlah penantianku berhenti disini
Karena cintamu terlalu terlarang untukku
Jika ada cinta di hatimu bilanglah dengan serius padaku
Pada saat itu pula aku akan menangis dan memeluk dirimu
Sampai hatiku bersatu dengan air matamu
MENCARI BAYANGAN CINTA
Cintaku tak bisa masuk dalam hatimu
Rinduku tak mampu buat dirimu terpesona
Dirimu dan cintamu terlalu abstrak untukku
Aku masih belum bisa adaptasi dengan hatimu
Pikiranku coba pandang cakrawala dalam hidupmu
Tapi bayangan fatarmorgana menghalangiku
Untuk selalu mencari bayangan cintamu
Aku coba menjadi embun agar aku tau tentang perasaanmu
Walau kadang sinarmu menyakitiku
Aku pantulkan wajahku lewat sinar matahari
Mungkin bisa menyatuh dalam ragamu
Aku menangis lewat tangisan hujan
Agar kau tau aku hanya mencintaimu
Angin mencoba membawa jiwaku padamu
Tapi petir menghampiriku lewat amarahnya
Tak pernah jenuh aku katakan cinta
Karena hatiku yang ingin menyatuh dalam hatimu
Rasaku mencoba menjadi cermin dalam harimu
Tapi aku tak bisa baca imajinasi hatimu
Air mataku merayu agar tetap mencintaimu
Aku coba memahami sikapmu walau hanya dalam mimpiku
Hatiku selalu optimis bisa menyatuh dalam cintamu
Walau pesimis menghadang aku coba tepis demi sanubariku
Aku tak ingin lari dari perasaanku
Walau aku tau sulit untuk mematahkan hatimu
Sampai darahku mengalir aku akan tetap ada cinta untukmu
TIPIKOR
Ada kata jujur dan sadar di beli dengan uang
Tak peduli air mata menangis membawa doa
Doa yang terlarang oleh ucapan sang penguasa
Atribut tahanan kota menjadi cakrawala ilusi
Spanduk berbicara tentang demokrasi
Teroris revolusi membawa senjata buronan
Meledakkan ribuan tipikor menghirup udara
 : Sementara suara keadilan membusuk di jalanan
Ini potret jasmani dan rohani budaya politik
Melambangkan pancasila yang teraniaya
Melambangkan pahlawan yang kesakitan
Dimana obsesi neraka dan surga
Terlintas secara kasap mata
Di belantara gelombang kesusahan
ATMOSFER
Ada dasi dan almamater berkombinasi
Ada juga wajah cantik di beli
Ini realita bukan investigasi
Menjadi pengetahuan binatang kota
Banyak resepsi yang ditawarkan
Antara sugesti dan emansipasi
Terserah uang yang bicara
Tak peduli refleksi manusia
Kadang artis disebut tuhan
Ada juga dewa uang adalah tuhan
Komposisi sederhana tapi menyakitkan
Sementara aktivis desa dijajah
Kenapa tidak jas itu yang di bunuh
Yang berpakain rapi ala politisi
Polisi tidak mau menembak
Anjing – anjing yang memakan korban
Malah wacana kematian sudah dikabarkan
Teroris adalah musuh yang harus diberantas
Diberantas secara seporadis
Motif apa yang di sholati
Sehingga doa semakin terbaca
Hai .....................?
Tukang becak galila kubur
Untuk malaikat yang menjelma syetan
Lalu naikkan tarifmu untuk surga dan negara
Biar alam murka akan kemunafikan
Silakan bersilaturrahmi lautan lepas
Biarkan gunung –gunung melukis tangisannya
Biarkan gempa memperkosa jalanan
SEPENGGAL KENANGAN
Detik demi detik telah bergulir
Laksana air yang terus mengalir
Tak tau kapan akan berhenti
Seolah waktu tak mengenal mati
Memori di masa lalu
Bagaikan goresan panjang di atas batu
Yang senantiasa membekas
Meskipun air datang menghempasnya
Takkan bisa aku lupakan
Masa – masa penuh kenangan
Akan selalu di ingat
Sampai aku berusia lanjut
Ingin aku kembali ke masa lalu
Mengulang kembali kenangan masa lalu
Namun kenyataan buatku sadar
Bahwa waktu tak bisa di putar
AKU CINTAI ORANG YANG SALAH
Pertama kali aku melihat dirimu
Hanya rasa tak simpatiklah
Yang muncul dalam benakku
Kau begitu dingin
Kau begitu cuek
Kau begitu pendiam
Dan tak pernah melemparkan senyum
Awalnya aku kira kita tak mungkin akrab
Karena aku sangat berbeda darimu
Tapi rupanya dewa dan dewi cinta
Telah iseng memanahkan panahnya di hatiku
Sehingga perasaan tak simpatik
Berubah cinta dalam sekejap
Kau sukses mencuri hatiku
Kaupun sukses merubah hidupku
Tapi di saat hatiku telah siap aku berikan
Kau hancurkan dan injak – injak begitu saja
Kemudian kau menjauh dan pergi
Hilang dari pandanganku
Kau takkan pernah tau
Pedih hati yang aku rasakan ini
Membuatku hampa
Membuatku merasa dunia ini hambar
Membuatku kesepian
Dan membuatku berteman dengan bayangan palsumu
Semakin lama aku semakin bertanya – tanya
Mungkinkah aku ini terlalu bodoh
Terlambat untuk menyadari
Bahwa aku mencintai orang yang salah
LUKISAN 2011 SAMPAI TERBITNYA 2012
Aku lewati sedih bersama bintang
Menghirup wanginya bunga mawar
Tertusuk sinar yang sangat aku dambakan
Terhempas angin akan kerinduan
Aku lewati senang bersama rembulan
Pancarkan sejuta cinta lewat kesucian
Menahan panas lewat pancaran matahari
Aku coba tahan dengan gelombang air mata
Aku bingkai hari dengan senang dan sedih
Aku lewati dengan sepenuh raga
Tangis tawa telah menyatuh dalam sanubari
Maaf bila mulutku banyak dusta akan hidup
Tergoreskan akan neraka dan surga
Antara rohani dan jasmani
Ingin aku lukis tahun 2011 dengan cinta
Sampai terbitnya tahun 2012 sampai nafasku bersatu dengan tanah
Terimah kasih ................
Lautan mutiaraku
Anginku
Rembulanku
Bintangku
Matahariku
Embunku
Kau tak pernah lelah mendampigiku
Hingga aku yang kau fikirkan
UNTUKMU SAYANG
Maaf bila aku pergi tanpa kau tau
Maaf bila penantianku berhenti disini
Cukup sudah hatiku menangis karenamu
Biarlah aku pendam cintaku sampai akhir hidupku
Hatiku tak sanggup lagi melihatmu
Kau cantik tapi tak pernah tau arti hadirku
Aku coba pandang matahari biar wajahmu lepas dari pikiranku
Aku coba pandang bunga yang lain
Tetap saja kau yang paling menusuk hatiku
Maaf bila aku pergi tanpa kau tau
Kini aku tak sanggup lagi jalani hidup tanpa arti kepastian
Biarlah aku lepas dirimu
Walau aku tau hatiku akan redup seketika
Tak bisa lagi aku berpikir tentang dirimu
Cobalah mengerti tentang sanubariku
Lihatlah mataku yang merah akan ulahmu
Senyumku tak bisa bohong akan hancurnya hati
Andai aku bisa jadi embun dalam hatimu
Andai aku bisa jadi sinar dalam hatimu
Pasti kau tau akan cermin kesetianku
Sekarang aku sadar kau yang paling aku puja
Kau segalanya bagiku kau pemberi semangat dalam lubuk hatiku
Waktu siang aku teracuni wajahmu
Malam kau buat aku merindu
Haruskah aku tinggalkah rasa ini
Pergi melupakanmu sampai kau benar – benar mengerti akan perasaanku
Biarlah aku membisu menanti arti cinta
Yang akan membuatku menjadi baik dari yang sekarang
Maaf bila aku pergi tanpa kau tau
Biarlah aku menangis pada cintamu
Biarlah aku mati pada rasamu
Biarlah ragaku patah akan senyummu
Biarlah tubuhku pergi bersama kenanganmu
Semua yang kau beri terlalu indah untukku
Semua perjalanan bersamamu akan aku kenang
Sampai jumpa bidadariku .................
Biarlah aku terbang dengan sayap – sayap patahmu
Maaf bila aku pergi tanpa kau tau
Aku akan coba hapus kenangan bersamamu
Tapi aku sulit untuk menghapus cintamu
Sadarkan aku lewat tangisanmu
Bila kau mencintaiku
Sampaikan hancurnya hatiku
Lewat pancaran air mataku
Untukmu yang aku sayang
Jangan tangisi kepergianku
Biarlah aku yang menangis akan penantianku
Akan aku tutup rasaku akan cinta
Aku tak ingin lagi bercinta
Biarlah syair – syair rindu yang akan menemani
Biarlah embun kehancuran yang membasahi
Biarlah sinar bintang yang menerangi
Biarlah api yang membakar ragaku
Biarlah bunga layu yang aku tanam
Biarlah air hujan yang mendiginkan badanku
Biarlah garam yang tumbuh di hatiku
Betapa aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku
Tapi tak akan aku ucap lagi kata gombalku
Biarlah cintaku padam akan karaktermu
Terima kasih rembulan kau telah isi hariku dengan warna sinarmu
Terima kasih matahari telah membuat hangat hatiku
Biarlah aku menjadi pelangi
Biarlah aku menjadi awan
Biarlah aku menjadi tetesan air matamu
TANGISAN BATIN
Terbayang akan kemarahan masa lalu
Terbungkam akan mulut kehidupan
Tak bisa aku tahan egois itu
Bila hadir bayangan kehancuran
Aku tanam lagi arti kerinduan
Mencoba pahami lewat tangisan
Lewat cakrawala yang suram
Masih membekas pertengkaran batin
Antara hidup dan mati
Diriku mencoba menahan sang waktu
Saat – saat indah dulu
Ada kasih sayang
Antara alam akan kehidupan
Sekarang aku sadar
Aku adalah api yang harus tau arti dunia
Tak akan lemah hatiku akan aku hadapi
Walau nyawa ini mati
Akan aku terjang gelombang
Lewati badai kehancuran
Menuju embun kdabadian
Tak terhitung hari aku menangis
Saat petir menyambar hatiku
Aku hanya terdiam melihat tangisan batinku
Biarlah aku yang hancur
Aku tak ingin ada lagi tangis dan amarah
Yang aku ingin adalah lantunan keharmonisan
Dalam kematian akan pertengkaran
CINTA DAN CITA – CITA
Aku coba rangkai rinduku dalam senyummu
Cintaku terbang menuju rembulanmu
Efusi wajahmu menusuk lubuk hatiku
Aku mulai adiksi akan pesonamu
Akuitas matamu buat aku tak berdaya
Diriku mulai afektif padamu
Cintaku semakin agresif untukmu
Tak peduli waktu aku merindukanmu
Karakter cintaku tak bisa menyatuh dalam hatimu
Perlahan pasti aku terjangkit virus cintamu
Tak bisa padam namamu di hatiku
Semakin membara perasaanku padamu
Walau kau ragu akan hadirku
Aku tabur benih – benih perasaanku padamu
Aku ingin menyerah tapi tak menyerah
Bersatu hidupku akan hadirmu
Tak biasa saat kau jauh
Walau kadang batinku berontak ingin bersamamu
Aku pejamkan mata agar aku bisa bertemu denganmu
Walau itu sebatas mimpi
Aku jalani hari bersama bunga hatiku
Aku siram dengan sepenuh hatiku
Meski bayangan cinta membunuh saat itu
Aku siap bila penantianku terulang oleh trauma masa lalu
Tapi sanubariku tak ingin kau pergi
Walau mata angin membawa hatimu berpetualang
Antara cinta dan cita - cita
CINTA YANG HILANG ( HANI )
Aku ada .............
Tapi kau tak pernah anggapku ada
Seandainya waktu dapat aku putar
Aku ingin kesalahan itu hancur
Seandainya cinta itu bertahan di hatimu
Aku akan memeliharanya
Sampai nanti aku tak sanggup lagi
Mempertahankannya di hatimu
Tapi semua itu takkan terjadi
Karena semua salahku
Yang tak sanggup aku hindari
Cinta ini takkan lagi aku tau
Cinta itu takkan lagi aku punya
Hilang ...................
Terbang bersama cinta itu
Hanya duka yang tersisa
Hanya sakit yang aku rasa
Dan hanya tangis yang dapat aku lakukan
Di hatiku ...........
Tak akan pernah ada yang lain
Hanya dirimu kasih
PERMINTAAN KALBU
Jika aku boleh jujur aku ingin jadi embun di hatimu
Izinkan cintaku mengalir dalam hatimu
Bila sinarmu menjadi pengobat rindu untukku
Begitu pula bayanganmu akan jadi cerminku
Aku hanya ingin menjadi yang terbaik untukmu
Kadang diriku tak sempurna di matamu
Aku selalu hadir dengan kerinduan kalbuku untukmu
Aku ingin sanubariku menyatuh dalam hidupmu
Tak tentu arah saat matahari menusukku
Begitu pula cintaku padamu
Dikeindahan malam aku tabur wajahku dalam bintang kehidupan
Agar dirimu selalu melihatku
Aku takut saat awan pekat menghantui
Aku menangis agar kau tau kerinduan
Rasa hatiku telah teracuni oleh sinarmu
Aku tak sanggup lagi saat petir menyambar keindahanmu
Tapi aku yakin semua akan menyatuh
Dalam perdamaian cinta dalam kehidupan
Hari terus tersenyum
Panasnya mulai terasa dalam badanku
Api menyalah dalam pikiranku tersentuh oleh kedamaian
Aku ingin terus menjadi bayanganmu
Hingga kau menjadi bayangan
Yang aku dambakan dalam janji abadiku
Aku hanya ingin jadilah kau pelitaku
Arungi kehidupanku
Pancarkan rasa itu
Karena aku tau kaulah yang aku cari selama ini
HIDUP
Menangis karena kehilangan
Tertawa karena kemenangan
Tersenyum karena kehidupan
Termenung karena kebencian
Melayang seperti awan
Mencari kedamaian
Terbang bagaikan burung
Mencari kebebasan
Merantau seperti air laut
Mencari kebudayaan
Menyambar sepeti petir
Mencari ketidak puasan
Jadilah embun walau kadang tersakiti
Jadilah bunga walau kadang tak dihargai
Jadilah tanah yang selalu belajar akan dirinya
Belajarlah jadi bintang agar tau kebersamaan
Belajarlah jadi rembulan yang selalu memberi kebahagian
Walau kadang tak sempurna saat awan pekat menyelimutinya
Jadilah lilin yang selalu memancarkan terang
Walau dia tersakiti sendiri akan panasnya
CINTA
Cinta bisa membuat aku mengenangmu
Cinta bisa membuat aku memahamimu
Cinta bisa membuat aku berpikir tentangmu
Cinta bisa membuat aku melupakanmu
Cinta bisa membuat aku menggilahimu
Cinta bisa membuat aku menangisimu
Cinta bisa membuat aku terpaku padamu
Cinta bisa membuat aku terbunuh egomu
Cinta bisa membuat aku mati di hatimu
Cinta bisa membuat aku sampah di senyummu
Cinta bisa membuat aku dewasa karenamu
Cinta bisa buat aku merindu sikapmu
Cinta bisa membuat aku kehilanganmu
Cinta bisa membuat aku buta karena kata – katamu
Cinta bisa membuat aku sakit oleh tingkahmu
Cinta bisa membuat aku ketagihan namamu
Cinta bisa membuat aku setia kepada air matamu
Cinta bisa membuat aku terpesona bayanganmu
Cinta ..............
Maafkan aku telah menyapamu
Maafkan aku yang egois akan dirimu
Disini aku membisu olehmu
Obsesi akan hadirmu
Cinta ................
Aku ingin menangis di pelukanmu
Aku ingin mati di hadapanmu
Karena hanya padamu
Rindu senyum begitu pula ragaku
Cinta .....................
Jujur aku masih rindu akan harummu
Takkan jenuh aku melihatmu
Hanya kamu yang memberi ispirasi dalam hidupku
Mencoba menyiramimu lewat untain kasih sayang
Cinta .....................
Aku hanya bintang yang tak bercahaya
Aku hanya awan yang menyelimuti harimu
Namun dibalik itu tersimpan sejuta rindu padamu
Walau aku harus bersaing demi mendapatkanmu
Cinta ....................
Aku hanya embun yang mengagumimu
Aku hanya rumput yang butuh pancaranmu
Aku coba berkata pada angin agar kau tau kesetiaanku
Jika cinta tak menyatuh dalam hatiku
Aku ingin bunga membawa sanubariku
Dan rembulan menjadi permaisuriku
MANUSIA
Aku lihat manusia itu menatapku
Dengan tatapan yang tak dapat dimengerti
Suaranya penuh misteri
Matanya penuh ambisi
Rambutnya lurus terbelai
Badanya kurus karena obsesi
Manusia itu masih sibuk
Dengan kata – kata yang keluar indah dari mulutnya
Wajahnya tampan , cantik dan aku mulai merasa terpesona
Tanpa terasa malampun menghampiri
Aku bersihkan dulu seluruh badan
Menggosok gigi agar aku tak ingat bau itu lagi
Lalu sajadah indah menemani sholatku
Aku jarang menghadap tuhan
Disaat hati dan pikiran busuk
Aku merasa butuh kepadanya
Jendela mimpi aku taburkan dalam tidur
Tak terasa mata yang pucat
Wajah yang tegang
Badan yang kotor menyambut pagi
Aku lanjutkan perjalanan ini mencari waktu
Bersama banyangan lilin yang mencair
Pesona hujan membasahi pesta yang penuh emosi
Pemandangan ini indah
Semuanya menyatuh dalam keringat hujan
Suasana panas tersaji di medan perang
Mata merah saling berjatuhan
Mulut sombong diperlihatkan
Ha ha ha ha ..............
Angin tertawa secara samar- samar dengan senyum indah yang menawan
Kawan .........
apa pendapat kamu tentang kata multikultural
Sahabat .........
ini menjawab tak ada kata itu yang ada hanya kata demokrasi
Bung .....
Jangan sebut nama itu
Suara itu lantang membuat anjing – anjing menatapnya
Membuat daun berjatuhan dan membuat angin gelisah
Masih tak ada yang bisa dimengerti
Semua yang aku banyangkan kabur bersama kabut
Aku bertanya dimanapun aku berada
Yang aku lihat kuburan tak bernyawa
Tanah yang gersang
Tembok – tembok yang besar menghalangi langkah
Seribu bintang aku kejar yang aku dapat hanya kegelapan sang bidadari
Malaikat tolong cabut sinar – sinar yang menawan dalam sukmanya
Biar tak ada darah yang tertumpah dan terbuang
Air surga mengalir dibalik kotoran kerbau
Bersatu dengan kotoran sapi , tumbuhan dan manusia
Sepi terus membakar jalanan lautan samudra
Mobil , kapal , serta penghuni masjid bermuara di atas mutiara gelombang pasir
Pancaran keringat terpendam dalam emosi
Menusuk rusuk adam dan hawa yang melahirkan kunang – kunang
Dinginnya embun membawa cakrawala imaji
Tergeletak di padang pasir tak terjamah
Di belantara samurai kacamata jasmani dan rohani dilogikakan
Tutuplah kasur bank yang otonom
Biar tak ada semut ketagihan
Lepaskan burung itu dari sangkarnya , biar cakarnya tembus di kaki babi hutan
Jangan lepas panah senapan di antara belenggu kemiskinan
Agar tak ada sejarah yang terlupakan
Jam lautan terus mengalir membawa infeksi
Bencana alam mulai menggores kertas putih
Menghancurkan suara kalbu
Berziarah dibalik empati
Siapa penjual mulut manis simpati arwah
Kenapa kafan ini diperkosa padahal uang akan datang menghampirinya
Emansipasi ditidurkan saja disamping dapur
Dan buat revolusi bercampur bumbu korupsi
Ciptakan wacana dengan cara membajak kerangka sejarah hidup manusia
CATATAN WAKTU MALAM
Saat senyum menyatuh dalam mata
Rambut membelai mesra hati
Mengungkapkan tabir hidup dalam mimpi
Menyentuh butiran mutiara dan karang
Terpesona getaran melati dan kamboja
Teringat kembali masa – masa lampau
Terjadi bisikan cahaya dalam pikiram
Termenung saat mengigat
Catatan waktu malam
Sosok yang aku sapa terapung di atas awan
Menghiasi rembulan dan bintang lewat nama
Memperindah kecantikan dan ketampanan
IZINKANKU
Izinkanku melepasmu
Saat kau tak lagi mencintaiku
Izinkanku melupakanmu
Saat kau tak lagi merindukanku
Tataplah mataku
Sentuhlah jantungku dengan kasih sayangmu
Aku bingkai lukisan cinta di piguramu
Pajanglah di relung hatimu
Pandanglah bila kau rindu
Berikanku embun cintamu dalam setiap pagiku
Petiklah bunga kehidupan
Cium baunya dan cium wanginya
Senyumlah dan genggam tanganku
Langkahkan kaki menuju matahari
Bolehkah aku hadir dalam mimpimu
Untuk sekedar memeluk cintamu
Aku ingin abaikan bunga , kupu – kupu , bintang tapi tidak dirimu rembulan
Berikanku sinar abadimu
Sampai hatiku redup olehmu rembulan dalam sanubariku
SATU KATA
Satu kata mengalir dalam hatiku
Bersemi seperti bunga mawar
Embun kerinduan membasahinya
Sinarnya mampu menusuk kalbuku
 : Daun hidupku mulai tersenyum
Saat air matamu menetesnya
Mutiaramu menyatuh dalam lautan sayangku
Aku sentuh pasir di tanganmu
Aku kejar suara hatimu
Lewat angin dan banyanganmu
Aku merenung dibalik air kehidupan
Apa aku bisa jadi penyejuk hatimu
Aroma perjalananku terhenti
Di antara 1000 bunga
Ada satu yang menusuk batinku
Tak ingin aku ragu memetiknya
Sebagai tanda pancaran indahmu padaku
Air mataku sebagai siraman hidupmu yang layu
Akan aku jaga sampai tangkainya jatuh pada tanah
Cukup sudah aku melihatmu
Tapi harummu selalu di hatiku
Bukan keindahanmu yang aku cari
Tapi sebuah kesetian dalam kehidupan cinta abadiku
MUSAFIR RINDU
Aku ingin jadi musafir dalam banyanganmu
Tak akan lelah hatiku mengembara mencari rasamu
Sekarang aku jatuh di padang pasir hasratmu
Terbuai air mata keabadian masa laluku
Hatiku terdampar di lautan jiwamu
Kau mutiara dalam sanubariku
Terbingkai karang dalam kehidupanku
Semakin dalam air mataku padamu
Aku akan membisu bila aku salah
Air matamu terlalu berharga dalam hidupku
Tak ingin aku kecewakan dirimu
Sebab kau bidadari untukku
Dimana aku ingin bersandar
Disaat aku tak berdaya
: Istana cinta aku ingin kesana
Bersanding dengan bidadari cantik sepertimu
Lewati gelombang pancaran matamu
Terjatuh rindu dalam tangisku
Tak berdaya akan damainya cinta
Mati dalam satu hati di lubuk hatimu
HANCUR
Luka itu masih membekas di hati
Bersama air mata aku tumpahkan egoku
Kata apa yang harus aku ucapkan
Saat mutiara yang aku dambakan hancur
Hatiku tergeletak di padang pasir
Membawa dua tetesan air hujan
Kini kegelisahanku mulai membawa darah kebekuan
Ragaku terkapar melihat bidadari yang terbang di mata
Maafkan aku mematahkan sayapmu
Maafkan aku membunuh cintamu
Tapi aku lakukan demi hati yang berceceran nana – nana bisu
Mungkin saatnya aku berdiri sendiri
Tanpa ada lubang di hati
Tanpa ada butiran nama
Yang ada hanya kematian trauma
Yang akan membekas sampai aku berkelana dalam kuburan salju
&nbrp; BIARKAN
Aku lihat kau bersimbah darah terkena percikan matahari
Kau bukan hantu yang seharusnya menemani siang dan malamku
Kau bidadari yang seharusnya menjadi sayap-sayap patahku
Kau mutiara yang seharusnya menjadi aksesorisku
Kau embun yang seharusnya menetes dalam sukmaku
Biarkan aku mengenangmu lewat tarian angin yang membawa Aromamu
Biarkan aku membunuhmu lewat coretan isi lamunanku
Bau bebas terbang mencari panglima cintamu
Aku akan berkaca dengan cermin setengah lautan
Berharap gelombang akan menyapu kenangan hidupku
Disaat pasir membutahkan mataku
MASIH TAU
Masih tau tentang darahku
Masih tau tentang kalbuku
Masih tau tentang bentukku
Masih tau tentang kebusukanku
Masih tau tentang kematianku
Masih tau tentang kelaminku
Masih tau tentang identitasku
Masih tau tentang nerakaku
Apa aku harus membunuh demokrasi ala pemerintah
Apa aku harus telanjang mengejar keadialan
Apa aku harus berak dimuka penghianat Bangsa
Atau membawa pelacur untuk memuaskan hak asasi surga
Atau membawa teroris berjihad
Atau membiarkan tatanan negeriku hancur
Aku hanya ingin mati dalam kuburan revolusi
HIDUP ADALAH PILIHAN
Hidup adalah pilihan
Di tindas atau tertindas
Di bunuh atau terbunuh
Di jual atau terjual
Di asingkan atau terasingkan
Tinggal waktu yang menentukan
Apa angin yang menyapa
Atau tanah yang menghampiri
Inilah air dan api
Tergantung mentari dan rembulan
Mau membagi waktu untuk sinarnya
Semuanya serba egois
Semuanya melamun karena uang
Tak ada yang mau membalas
Tangisan hujan yang teraniaya
Teriakan rumput yang kelaparan
Muntahan darah keringat jalanan
Sementara baju – baju asing di belai
Brosur mengeluh dengan isi skenarionya
Tapi mata dunia penglaris ambigu berita
Berita paradigma dan struktur yang kasap mata
Kacamata cakrawala tersusun rapi di meja evaluasi
Melampui tetesan logis material kata – kata inspirasi mutiara
Menusuk gelombang air pasir demokrasi
Dengan dijaga teroris bersenjata
Peluru rakyat bergumpal debu
Untuk jenazah yang gugur
Di tengah sawah yang terjajah kejujuran
Minyak tanah membakar tenggorokan
Membuat tangkai awan berjatuhan
Ini primordial bangsa dedaunan
Mayoritas budaya revolusi
Minoritas kaum kapitalisme
Biarlah sejarah yang bernostalgia
Dengan renungan toleransi
Yang berimplikasi fenomena alam
AKU RASA ( HANI )
Tak aku sangka melupakanmu ternyata sulit bagiku
Tiap pagi dan malam aku selalu teringat wajah cantikmu
Aku menyesal telah kehilanganmu
Sekuat hati aku tahan air mata ini
Demi kebahagianmu dengannya
Di setiap waktu ......
Aku ukir indah namamu di lubuk hati yang terdalam
Berharap suatu saat nanti kau akan bersamaku lagi
Tak peduli kapan waktu akan mempertemukan cinta kita kembali
Walau lelah akan aku pendam kecemburuan ini
Demi cinta yang pernah menyakitimu
Aku akan tetap menunggu dan menunggu
Sampai akhirnya mulut indahmu memaafkan kesalahanku pada malam itu
Aku terluka saat melihatmu bersamanya
Aku ingin membunuh rasa ini
Dan berharap kau akan mengerti indahnya rindu yang aku lukis dalam hariku
Aku masih terus berjalan tanpa dirimu
Tapi apa yang aku dapat kelemahan dalam pikiran
Kau wanita yang mampu menusuk sukma dan jiwaku
Aku terkapar ketika mengingat dirimu
Menangis dikala bayanganmu datang
Untuk apa aku paksa dirimu biar membuka hati untuk cintaku ini
Aku tau kau telah tersakiti oleh tingkah lakuku
Tapi aku telah memilih pada malam itu
Kau tega hancurkan aku lalu kau pergi tanpa aku tau
Aku ingin dengar cerita tentang dirimu saat kau kehilanganku
Apa kau menangis , sedih , gelisah atau tertawa
Tapi yang aku lihat matamu merah dan bengkak saat kita masih bertemu
Jujur saja aku masih terasa tidur
Dan tak tau kalau kau pergi dari sisiku
Yang aku rasa kebahagian bila kau tertawa
Dan tersenyum bersama lelaki yang kau sayang
Aku tak bisa mendengar suaramu
Aku tak bisa melihat kecantikanmu
Aku tak bisa memandang tingkah lakumu
Aku hanya bisa mendengar , melihat dan memandang hatimu dari kejauhan
Waktu terus berputar
Kini kau bersanding denganya
Yang aku lihat sinarmu semakin redup untuk aku kejar
Karena kau bukan wanita yang aku kenal dulu
Kau berubah karena kesalahanku
Sementara sejuta penyesalan mematikan aku secara pelan – pelan
Mungkin ini tantangan untuk melepas kepergianmu
Apa karena ketidak pastian
Kau malah memilih pergi untuk melupakan semuanya
Kau tau apa yang aku rasakan sekarang
Hatiku hancur , berserakan seperti penuh darah
Dan aku tak mampu lagi mencari sinar cinta
Selain tatapan matamu pada pandangan pertama
Yang akhirnya tatapan kedua membuat kau membenciku
Jika memang salah............?
Aku menunggumu dengan harapan yang kosong
Bilang saja dengan suara kerasmu
Lalu teriak di telingaku
“ mending kamu cari cewek lain dan aku lebih senang melihatnya . buktikan kepada aku kalau kamu gak akan mengulangi kesalahan yang kamu perbuat kepada aku terhadap cewek lain “
Tanpa terasa aku terbangun dari tidurku
Dan aku tak mau terus menerus meratapi kesalahku terhadapmu
Terkadang aku memang salah mengambil keputusan
Keputusan untuk memilih dirimu
Wajar saja jika aku masih menunggumu
Kau boleh saja pergi bersama lelaki pilihan hatimu
Pendirian hati ini hanya untuk kau seorang
Suatu hari nanti ........?
Aku pasti bisa memelukmu
Walau hanya dalam imaji saja
Kau akan tetap menjadi matahari dalam siangku
Kau akan tetap menjadi rembulan dalam malamku
Yang akan bersinar di sepanjang hayatku
Jadi jangan pernah paksa aku untuk mencari penggantimu
Karena di balik kalbumu masih tersisa cinta yang hanya untukku
Akan aku buktikan bila nanti kau kembali kesisiku
Dan biarkan aku menjagamu seperti aku menjaga rindu terhadap kedua orang tuaku
PELECEHAN DI DALAM ANGKOT
Naas benar gadis yang perawan itu
Wajahnya yang cantik tiba – tiba suram
Manusia hanya bisa terdiam melihat para gadis
Di buang setelah di ambil kemaluannya
Hidup ini sadis ........
Bila perubahan horizontal dan vertikal tak sejalan
Bila waktu yang dinamis dan statis tak berirama
Semuanya bisa terjadi karena pancaroba
Memang ekstrim kejadian yang satu ini
Pelecehan di dalam angkot bukanya pelecehan di dalam hotel
Mungkin karena hawa nafsu mereka memperkosa
Atau karena seks bebas yang sudah masuk kemana – mana
Lewat tayangan televisi , koran , majalah , dan jejaring sosial
Mereka menumpahkan pengetahuannya
Terhadap apa yang mereka lihat dan mereka baca
Konsekuensi untuk para orang tua
Agar selalu menjaga anak perempuannya
Alternatif apa yang bisa di tawarkan
Agar kejadian ini tak terulang lagi di masa yang akan datang
Karena modernisasi industri budaya asing
yang cepat di terima di kalangan masyarakat
Membuat produksi moral tak ada harganya
Sepintas tiruan dari negeri awan
Yang membuat tangan melukis kutang payudara
Memasukkan bom kedalam hubungan intim
Hingga mengeluarkan darah dari hasrat
Dari keringat kepuasan virus itu datang
Dan menularkan HIV AIDS ke muka
Bukan muka pelacur tapi muka lelaki hidung belang
SUARA
Setiap populasi mengandung arti
Dari yang dinamis hingga statis
Buktinya diskriminasi tetap mendominasi
Dari dinamika inklusif dan eksklusif
Monopoli waktu tetap berjalan
Sementara legalisasi ijazah tertumpuk – tumpuk di meja hijau
Suara siklus diperdebatkan
Oleh feodalisme , liberalisme , komunisme , rasionalisme hingga kapitalisme
Apa saja yang mereka produksi
Hanya intervensi logika
Ini tak adil untuk ditahan
Hapus saja paradikma yang otonom
Walau nanti reproduksi halusinasi yang terjadi
Biarkan bendera reformasi berkembang biak
Membawa perubahan popularitas
Mungkin saja revolusi humanisasi disosialisasikan
Untuk membuat eksistensi totalitas yang historis
TEORI HUKUM
Untuk akademisi kampus
Untuk akademisi pergerakan
Untuk akademisi komunitas
Untuk akademisi wacana
Kerahkan seluruh masa
Rekrut mata dan hati
Untuk membuat akumulasi yang rasional
Bukan kontekstual hukum yang terperinci
Tapi budaya demokrasi
Untuk memproses suatu lapisan sosial
Dimana sapi membajak
Dimana anjing patroli
Dimana kerbau menyanyi
Dimana tank membalas
Membuat kemiskinan
Mengeluarkan ide untuk perut
Tiba – tiba nasi , ikan , sayur ,bersatu dengan piring
Pencuri .....pencuri ....pencuri suara alarem
Melihat pemandangan badan yang dekil
Satu persatu sandal , baju , sabun , odol , dan parfum
Diinterogasi polisi
Punya uang berapa untuk menyewa tahanan
Dollar , Riyal ,Rupiah tinggal dicek direkening
Hukum sudah jadi bubur
Busuk citra penguasa
Bila kuburan digali
Diamkan jasad ploklamasi
Sebagai referensi sejarah
POLISI
Suara terompet bernyanyi
Membawa udara cita – cita
Mata tajam bagaikan uang
STNK dan SIM di keluarkan
Suaranya melihat dompet
Catat nama dan alamat
Membaca dan menulis
Tak dapat di lihat dengan mata
Obat ini untuk mengendara
Supaya jalan lancar
3 kali sehari di minum
Jangan lupa makan yang teratur
Biar tabungannya cepat selesai
Pendidikan masa kini
Disulap menjadi jembatan
Polisi untuk rakyat
Itu hanya bunyi kicauan burung
Jalanan rusak gara – gara beras
Layangan terbang melintasi pangkat
Pangkat bersabuk emas dan mutiara
Sambil duduk minum kopi
Bukan makan roti + susu biar cerdas
Yang ada hanya ikan kering
Sayuran terung sama nasi jagung
Sapi , kambing , kerbau , ayam , itik
Berkeliaran ditahanan
Membuat undang – undang tertawa
Sumpah dunia ini berputar secara cepat
Sehingga waktu bisa di beli
POLITIK
Jangan bicara
Jangan membisu
Jangan menangis
Jangan menolak
Jangan tertipu
Jangan anarkis
Ini sandiwara
Untuk hewan yang berdasi
Biarkan mata buta
Tertusuk santet
Memakan donat
Meminum alkohol
Agar tubuh putih membelai bunga desa
Berteriak anjing – anjing bermuka uang
Jalanan rusak karena ludah anjing
Mengejar mimpi rakyat
Menembus cakrawala sejarah
Melemparkan pahlawan di rumah sakit
Bersepatu roda melintasi langit
Mengalir di sungai yang penuh ambisi
Lalu berbaris di muka lautan
Membawa mutiara
Melepas ikan busuk di telinganya
Hidungnya bermuara tak ada batas
Mencerminkan singa dan bayangan pocong
Sehingga membuat semut berdemo
Menolak demokrasi
Selendang keadilan punya waktu
Waktu untuk hidup dan mati
Berdua menikmati tubuh sang perawan
&nbrp; Menetes darah dari kutang – kutang
Ini politik sehingga terdengar tulisan
“ Prestasi di bangun mulai dari usia dini dan Kejujuran dimulai dari lapangan hijau “
Muak melihat pencuri yang sopan
Cerdas tapi tak punya akal
Hanya bisa bersuara tapi hatinya berdebu
Sampah ini masih rapi di meja makan
Sebagai bukti kemajuan bangsa
Intelektual padi
Dipotong secara permanen
Menjemput bola disinggasana kerajaan
Sementara pasukan pahala tak bernyawa
Padahal surga sudah dibangun
Tapi isinya hanya manusia bertopeng
Hujan salju turun secara tiba – tiba
Mendinginkan surga
Memanaskan neraka untuk padi
Awan kelabu menjadi jam dinding
Menjauh dari lintasan kereta api
Sepeda hias pelan – pelan berjalan
Agar rantainya tak jatuh keselokan
Biar kuburan itu abstrak
Tukang becak dan tukang ojek
Secara rajin berziarah
Murkalah alam
Sepintas kompas mencari air
Hiu , bintang terbang melalui plastik
Terbakar di atas rembulan
Secara tak sadar meteor kemunafikan terjatuh
Satu persatu berbicara kalau politik sampah memang busuk
LEMBARAN BARU
Aku ingin buka lembaran baru
Bersama indahnya bulan
Separuh hatiku masih terluka
Tapi aku masih menyimpah cinta
Walau trauma masih menghantui
Ada bayangan yang masih menghampiri
Tapi aku harus menepisnya
Aku ingin cari bunga yang harum
Elok bahkan yang indah di mataku
Aku ingin harumnya membuka lenbaran baru
Untuk mencari penggantinya
Apapun akan aku lewati
Hanya demi cinta sejati
Sehingga tak menyakitkan hati
CINTA SELAMANYA
Jika bintang bisa mencintai rembulan dengan sepenuh hati
Mengapa matahari tidak bisa mencintai embun dengan sinarnya
Memang tanah yang gersang merindukannya
Tapi apakah hujan demikian juga
Bunga memang indah tetapi banyak yang menyakitinya
Jika bintang merindukan rembulan
Jika tanah merindukan air hujan
Jika bunga merindukan sosok yang baik
Tapi embun hanya bisa merindukan
Sinar yang menyakitkan
Waktu terus berjalan
Tapi cinta akan selalu ada
Bintang kepada rembulan
Tanah kepada air
Bunga kepada yang mau mencintai
Begitu juga embun yang setia selamanya
Walau sakit tapi ia selalu tersenyum padanya
Dan semuanya berkata
Cintamu cintaku
Rindumu rinduku
Sayangmu sayangku
Sedihmu sedihku
Ragamu ragaku
Hatimu hatiku
Rasamu rasaku
Jiwamu jiwaku
Ciummu ciumku
Pelukmu pelukku
Setiamu setiaku
Tugasmu tugasku
Harapanmu harapanku
Adamu adaku
Janjimu janjiku
KECELAKAAN BUS
Antisipasi jalan
Dari kanan , timur , selatan dan utara
Jangan bilang air merusak keramik
Panca indra mulai terlihat
Dari dinding sekolah
Argumen di jual belikan
Sementara rambu lalu lintas terdiam
Kuburan duka cita menangis
Karena nyawa datang sebagai pelangi
Sepintas santai tapi mereka sangat kehilangan
Terpukul oleh maut yang datang tiba – tiba
Matanya lepas ketika jenazah tertawa
Sudah banyak korban di makamkan di halte bus
Tinggal tunggu sidang siapakah yang salah
Bukan kertas pahala ternodai darah
Tapi sesajen memakan korban
Dunia cepat berputar
Sehingga kepala pusing mencari asumsi
Asumsi para dewa – dewi yang romantis
Tersipu malu bila waktu di salahkan
Jadwal padat melukis trauma berlian
Selembar kertas terbakar
Menghanguskan jutaan penumpang
Doa empati dilakukan
Agar solidaritas tidak anarkis
Bukan hanya mencaci maki para korban
Dengan untain kamera
Belum selesai tulisan foto di cetak dikoran
Membuat gelombang rindu
Air mata merpati membawa pesan
Dari tetesan surga dan neraka
Kecelakaan ini sejarah bangsa
Dari krisis ekonomi
Dari serakahnya manusia
Manusia robot yang keterlaluan
Mengisap wajah – wajah pribumi
Menggantinya dengan wajah arsitek
Sehingga jalan tambah sempit
Akhirnya waktu menjadi uang
Teori koruptur di keluarkan
Masa – masa lampau tinggal debu
Debu yang berubah pedang , pisau ,paku ,dan kerikil
Hingga akhirnya bintang berjatuhan
Rembulan melamun
Matahari kesurupan
Tanah menjelma malaikat
Sebentar lagi kamboja adalah kasurnya
Baju kafan sebagai selimut yang pergi
Roda kuburan menantinya
Meminta tanggung jawab
Dari yang ada dan tidak ada
Agar malaikat tenang memeriksa
Supaya pasien kecelakaan bus
Tidak bergentanyangan
Tidak menghantui jalan
Tidak menjelma keluarga
KELUARGA
Dari bapak adam dan ibu hawa
Kita di lahirkan di bumi
Secara Cuma – Cuma tanah di ciptakan
Bentuknya bervariasi
Ada cantik berwajah perempuan
Ada ganteng berwajah laki – laki
Sebagai bukti eksistensi tuhan
Sepanjang perjalanan waktu
Nama – nama pernah diasingkan
Kini bangkit dengan sejuta bayi
Terbunuh karena takdir
Tapi kita saling perpasang – pasangan
Untuk sebuah obsesi pernikahan
Legenda istri dan suami
Untuk membentuk keluarga
Jangan pernah selingkuh
Bila kesetiaan membakar sukma
Pekerjaan adalah modal
Relasi untuk berlindung di masa tua
Tak semudah novel dan sinetron
Mengikuti alur cerita
Kadang senang menghampiri
Kadang sedih yang datang
Keluarga yang utuh di mulai
Dari komitmen sederhana
Serasinya pasangan , keluarga , kerabat , masyarakat dan lingkungan
Setara dengan isi hati
Hati ibu untuk anaknya
Hati ayah untuk lukisannya
Dari restu keduanya
Pernikahan akan berjalan
Satu persatu malaikat menyaksikan
Indahnya pengantin
Malaikat dan bidadari berdoa
Semoga apa yang nantinya
Di cita – citakan cepat dikabulkan
Keluarga sakinah , harmonis, rezeki , anak soleh dan solehah
BAYANGAN API
Sepanjang perjalanan waktu
Dua teori datang
Untuk mendampingi di saat bahagia
Menyendiri bila sedih datang
Selembar kertas melukis jejak tubuh
Tanpa ada kata air mata membasahi tinta
Foto dan kenangan menjadi usang
Di antara lubuk hati
Mata batin terus berinteraksi
Melakukan adaptasi budaya , sosial dan verbal
Masih ada bekas nostalgia
Di balik dinding – dinding kesunyian
Secara pelan – pelan merasuk dalam sukma
Memodifikasi sawah menjadi perumahan elite
Sungai tak tau harus mengalir kemana
Lambat laun hama menghancurkan petani
Perusahaan semakin membajak hasil kerbau dan monyet
Sementara ekspor padi dan kelapa sawit mulai otonom
Baik dari kalangan internal dan eksternal
Di mana hidung mereka tak mencium kesusahan yang ada
Mereka menjelma uang saat manusia , hewan , tumbuhan kelaparan
Setiap tetesan keringat adalah sesuap nasi
Tetapi jam keadilan tak berfungsi
Jangan salahkan tuhan dan alam bila betrokan terjadi
Hukum memang harus ditegakkan
Dengan membakar kejujuran
Seandainya bendera merah putih jauh dari komitmen
Mungkin sudah saatnya darah di keluarkan
Sebagai bukti eksistensi kesabaran
Bayangan cita – cita yang pernah dilukis
Dari masa kecil hingga dewasa
Kini musnah dibakar api
Membuat asap tebal di atas lautan
Menghempaskan kesedihan ketepi pantai
Mengeluarkan sampah dari kejauhan
Tanpa ada keraguan petir membawanya terbang
CERITA
Dari sarung kering kau tertidur
Matamu kesakitan meneteskan darah
Suara batukmu memaksa air mata
Belain rambutmu kusam karena keadilan
Dari tidurmu kesedihan pergi
Dari bangunmu penyakit datang
Secara wajar matahari melihatmu
Tapi kau palingkan wajahmu
Gelisah tak dapat dipungkiri
Bila rembulan yang cantik bicara
Tetap saja kau bisu dan tak mendengar
Bentuk kurus menjerit dalam perutmu
Membuka cerita dari pagi sampai malam
Cerita seorang petani malang
Dari sudut sawah keringat menjadi uang
Padi , rumput dan jagung adalah teman untuk burung
Burung untuk orang sawah yang rajin
Rajin menggembalakan kambing , kerbau , ayam , angsa dan sapi
Cerita seorang nelayan malang
Melawan ombak demi cita – cita sang anak
Untuk bisa membuat menu yang cerdas
Tak peduli perut tertusuk pisau
Asalkan istri dan anaknya tersenyum
Ini hidup pedesaan jauh dari kontradiksi alam
Nasehat PMII Buat Mahasiswa
Mahasiswa jujurlah pada dirimu sendiri
Mengapa kau selalu mengatakan PMII adalah pilihan
Apakah hanya mengikuti tradisi terdahulu atau impianmu yang berlebihanlah
Yang mengerakkan lidahmu begitu
Mahasiswa ......PMII adalah organisasi yang menjanjikan dari harapanmu
Darimu hanya untuk PMII
Dan ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugrakan PMII kepadamu
Semua yang khusus untuk PMII khusus untukmu
Mahasiswa .....PMII adalah organisasi yang ia serahkan kepadamu
Dan jiwamu serahkanlah semata – mata kepada PMII
Berbuatlah untuk PMII
Bergeraklah untuk PMII
Berkorbanlah untuk PMII
Berjuanglah melawan dirimu sendiri untuk PMII
Sucikan kelaminmu berbuatlah
Sucikan tanganmu berbuatlah
Sucikan mulutmu berbuatlah
Sucikan hidungmu berbuatlah
Sucikan wajahmu berbuatlah
Sucikan matamu berbuatlah
Sucikan matamu berbuatlah
Sucikan telingamu berbuatlah
Sucikan rambutmu berbuatlah
Sucikan kepalamu berbuatlah
Sucikan kakimu berbuatlah
Sucikan tubuhmu berbuatlah
Sucikan hatimu sucikan pikiranmu berbuatlah
Sucikan dirimu
Mahasiswa .....bukan perut yang lapar
Bukan tenggorokan yang kering yang mengingatkan ketaifan dan melembutkan rasa
Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering
Ternyata hanya penunggu atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa
Barangkali lebih sabar sedikit dari mata , tangan , kaki dan kelamin
Lebih tahan sedikit berpuasa
Tapi hanya kau yang tahu hasrat dikekang untuk apa dan untuk siapa
Puasakan kelaminmu untuk memuasi ridho
Puasakan tanganmu untuk menerima karunia
Puasakan mulutmu untuk merasai firman
Puasakan hidungmu untuk menghirup wangi
Puasakan wajahmu untuk menghadap keelokan
Puasakan matamu untuk menatap cahaya
Puasakan telingamu untuk menangkap rindu
Puasakan rambutmu untuk menyerap belai
Puasakan kepalamu untuk menekan sujud
Puasakan kakimu untuk menapak sirotol mustaqim
Puasakan tubuhmu untuk meresapi rahmat
Puasakan hatimu untuk menikmati hakekat
Puasakan pikiranmu untuk menyakini kebenaran
Puasakan dirimu untuk menghayati hidup
Tidak ........puasakan hasratmu hanya untuk merubah kebodohan
Mahasiswa .....PMII organisasi pilihanmu katamu
Kau meniru ucapan seniormu atau telah merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu
Tapi bukankah kamu selalu menundah – nundah
Mendahulukan kedengkian , keserakahan , ujub , riak ,takabur
Dan sampah – sampah lainnya yang mampet dari comberan hatimu
Mahasiswa .......inilah waktu yang tepat untuk memutuskan dan memilih untuk merubah diri
Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu
Yang secara terang – terangan dan sembunyi – sembunyi kau puja selama ini
Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini seperti mapaba – mapaba yang lalu
CINCIN
Untuk sebuah kenangan
Air mata ini bicara
Mulut ini menangis
Tubuh ini busuk
Hati ini tertawa
Emosi ini tersenyum
Di balik keranda kehilangan
Melepas pakain kafan suci
Celana doa hitam putih
Sabun pahala abstrak
Sampo penyesalan
Yang membuat teka – teki
Cincin kehidupan amnesia hadir kembali
Dengan dua cahaya matahari dan rembulan
BBM ( Bahan Bakar Minyak)
Suara pelangi masyarakat membentang di awan
Mengeluarkan material aspirasi kosong
Samudra lautan mengalir di depan mata
Gurun substansi sudah berkeringat
Mencium bahan bakar minyak yang terorganisir
Dari sudut pandang persepsi berbeda
Tembakan argumen meletus di gedung asing
Mematikan seribu tahanan
Membangkitkan berjuta nostalgia
Dari bahasa asing dan bahasa indonesia
Dengan titel berbintang intelektual
Manusia memakan manusia
Binatang bergaya manusia
Manusia meminun darah manusia
Vampir inspirasi manusia
Ini bukan mitos atau legenda
Tapi sebuah bom bagi manusia
Yang siap menjaga dan membinasakan
PARADIGMA
Sebuah artistik untuk manusia , tumbuhan dan binatang
Mempunyai persepsi di atas jembatan demokrasi
Lidah penyambung bagi aksi fundamental
Diperkuat argumen relasi dikereta api
Unsur substansinya berkaca pada propaganda
Satu kata melukai makna
Berhembus kenyang pisau infotemen dan berita
Daun kompas , jawa pos mengisi tanah gersang
Dari pertikaian mulut kuman paradigma keluar
Keluar sebagai angin , tanah , air dan api
Sementara kaum pribumi terdiam dibalik bambu
Dan kaum feodal tertawa di langit